Selasa, 02 Februari 2016

Globalisasi

Pengaruh Globalisasi Terhadap Jati Diri Dikalangan Generasi Muda 

Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.


Globalisasi mempunyai beberapa dampak dan pengaruh yang kita rasakan saat ini. Untuk berkomunikasi pada saat ini sangatlah mudah banyak aplikasi-aplikasi yang mempermudah kita untuk berkomunikasi yaitu melalui media sosial. Untuk memperoleh informasi pun sangatlah mudah seakan tak ada batas antar negara diseluruh dunia banyak informasi mendunia yang dapat kita ketahui dengan menggunakan media internet. Ya, memang hal itu sangat menguntungkan bagi kita terutama kaum muda yang sangat digiurkan oleh kecanggihan teknologi dan informasi untuk memperoleh informasi yang mendunia. Akan tetapi tak dapat kita pungkiri dan kita rasakan banyak pula beberapa dampak dan pengaruh negatif terhadap generasi muda kita pada saat ini.

Kita ketahui bahwa arus globalisasi begitu cepat masuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian dan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Jika kita bandingkan kepribadian generasi muda saat ini dengan generasi terdahulu sangatlah berbeda. Generasi terdahulu untuk menyampaikan informasi atau suatu hal mereka saling bertemu dan berkomunikasi secara langsung oleh karena itu silaturahim pun terjaga dengan baik sedangkan saat ini generasi muda kita untuk berkomunikasi dengan orang terdekat pun lebih memilih via sms, chat dan sebagainya. Media komunikasi yang canggih seakan membuat kita mendekatkan orang yang jauh dan menjauhkan orang terdekat kita seperti sanak saudara kita sendiri. Hal itu merupakan contoh kecil dari banyak pengaruh globalisasi yang terkadang kita lupa akan hal itu.

Dapat kita rasakan pula beberapa gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda saat ini. Dilihat dari gaya hidup remaja yang berlebihan tidak disesuaikan dengan kemampuan ekonomi yang sebenarnya hal itu menyusahkan dirinya sendiri. Selain itu juga generasi muda kita lebih memilih makanan produk luar negri yang menurutnya itu merupakan gaya hidup masa kini. Hal tersebut dapat menghilangkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya pengunaan produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll). Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa. Dengan gaya hidup yang seperti itu akan mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

Sangat miris rasanya jika kita lihat para generasi muda kita yang telah kehilangan jati diri sebagai pribadi bangsa Indonesia. Mereka tak sadar bahwa kita sedang dijajah secara halus dan perlahan-lahan tapi pasti oleh budaya Barat. Dahulu kala kita dijajah dengan menggunakan kekerasan, peperangan, tembakan dan bom berluncuran akan tetapi penjajahan secara halus akan lebih merusak dan sangat berpengaruh terhadap jati diri generasi muda bangsa kita. Salah satunya kita dijajah oleh teknologi yang begitu canggih berbagai informasi kita dapat tapi tak sedikit pula penyalahgunaan itu terjadi.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa, saja kapanpun saja, dan dimanapun saja. Apa lagi tak sedikit anak muda menggunakan media internet yang sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Sudah bukan hal yang tidak lazim lagi penggunaan internet saat ini.  Jika digunakan secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan sampai terkena penipuan. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu hand phone, apalagi sekarang ini mulai muncul hand phone yang berteknologi tinggi. Mereka justru berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka mengetahuinya. Hal ini jika kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan handphone tersebut sehingga munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan mereka bertindak bebas sesuka hatinya. Karena globalisasi menganut kebebasan (liberalisme) dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Seakan tak ada aturan yang harus dijaga saat bersikap. Kalaupun ada aturan mereka anggap itu hal yang kuno dan sudah tidak zaman lagi hidup diatur seperti zaman dahulu. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda bangsa? Moral dan akhlak generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis antara golongan muda, rasa nasionalisme semakin hilang. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa yang akan menentukan bagaimana kesejahteraan dan kemakmuran bangsa saat ini dan yang akan datang. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki jati diri? Apa akibatnya jika ketergantungan penerus bangsa dengan produksi luar negri semakin marak? Apa akibatknya jika penerus bangsa sudah tak cinta terhadap bangsanya sendiri?

Globalisasi dapat kita ibaratkan seperti api, api jika dimanfaatkan dengan baik dan benar maka bisa bermanfaat untuk kita seperti contoh digunakan untuk memasak. Sebaliknya, jika api disalahgunakan akan terasa panas dan bisa membakar diri sendiri. Oleh karena itu marilah kita mengembalikan jati diri bangsa Indonesia, terima globalisasi dengan rasa kritis dan banyak melakukan hal positif dalam menggunakan globalisasi yang ada sekarang ini. Gunakan globalisasi ini sebaik mungkin agar yang dihasilkan baik pula terhadap diri dan bangsa kita sendiri. Sebagai masyarakat Indonesia mulai dari sekarang kita utamakan produk dalam negeri dan kenali kebudayaan kita. Tingkatkan kesadaran akan tindakan diri sendiri apakah yang yang kita lakukan berdampak positif atau tidak. Yang terpenting adalah dengan meningkatkan akhlak dari segalanya. Jika kita sudah memiliki akhlak baik yang tertanam dalam diri kita maka segala pengaruh buruk globalisasi itu tidak akan melekat pada diri kita. Tanamkan terlebih dahulu ilmu pengetahuan agama dan moral pada diri kita sebelum menamkan ilmu-ilmu lainnya. Karena itu merupakan dasar dan pedoman kita untuk menjalani kehidupan duniawi yang sangat menggiurkan diri untuk lupa kepada yang Maha Kuasa. Naaaahhh.... oleh karena itu, kalau tidak sekarang kapan lagi? Kalau bukan kita siapa lagi?

Sekian dan terima kasih. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembacanya.

sumber : http://blogmeliyaterbaru.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar